Kamis, 04 Juni 2009

Fungsionalisme dan Konflik

teori sosial budaya
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan tentu tidak lepas dari paradigma yang kemudian diturunkan menjadi teori-teori.Berikut untuk menambah wawasan seputar ilmu sosiologi yang nantinya akan penulis sampaikan bertahap..simak ya..

Sebelum membahas mengenai teori fungsionalisme struktural&teori konflik perlu di ketahui bahwa kedua teori ini termasuk dalam paradigma fakta sosial. Exemplar Paradigma fakta sosial di ambil dari karya Durkheim The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Durkheim membangun satu konsep yakni fakta sosial (social facts). Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu:
(1) dalam bentuk material yaitu barang sesuatu yang dapat di simak,ditangkap, dan diobservasi.Fakta sosial yang berbentuk material ini adalah bagian dari dunia nyata/external world.Contohnya arsitektur dan norma hukum
(2) dalam bentuk non material yaitu sesuatu yang dianggap nyata/external.Fakta sosial ini merupakan fenomena yang bersifat intersubjective yang hanya dapat muncul dari dalam 'kesadaran manusia'.contohnya adalah egoisme,altruisme,dan opini.
Selanjutnya,secara garis besar fakta sosial terdiri atas dua tipe yaitu struktur sosial dan pranata sosial. Secara keseluruhan dalam paradigma ini terdapat 4 teori yaitu teori fungsionalisme struktural, teori konflik,teori sistem,dan teori sosiologi makro. Untuk bahasan kali ini di bahas 2 hal dulu yang sering digunakan sebagai 'pisau analisa' dari fenomena sosial yang ada yaitu :

1.Teori Fungsionalisme Struktural
teori ini lebih menekankan pada keteraturan/order,mengabaikan konflik dan perubahan-peru bahan dalam masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi,disfungsi,fungsi laten,fungsi manifest dan keseimbangan/equilibrium. Masyarakat menurut teori ini merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian/elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang laib.Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Salah satu tokohnya adalah Robert K.Merton berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial seperti peranan sosial,pola-pola institusional,proses sosial,organisasi kelompok,pengendalian sosial,dll.
Penganut teori fungsional ini memang memandang segala pranata sosial yang ada dalam suatu masyarakat tertentu serba fungsional dalam artian positif dan negatif. Satu hal yang dapat di simpulkan adalah bahwa masyarakat senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan.Setiap peristiwa dan setiap struktur yang ada fungsional bagi sistem sosial itu. Masyarakat dilihat dalam kondisi:dinamika dalam keseimbangan.

2.Teori Konflik
Teori ini di bangun dalam rangka menentang langsung terhadap teori fungsionalisme struktural.Tokoh utama teori ini adalah Ralp Dahrendorf. Teori ini bertentangan dengan fungsionalisme struktural yaitu masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang di tandai pertentangan yang terus menerus di antara unsur-unsurnya. Teori ini menilai bahwa keteraturan yang terdapat dalam masyarakat hanyalah disebabkan karena adanya pemaksaan /tekanan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa. Konsep teori ini adalah wewenang dan posisi. Keduanya merupakan fakta sosial. Dahrendorf berpendapat bahwa konsep-konsep seperti kepentingan nyata dan kepentingan laten,kelompok kepentingan dan kelompok semu,posisi dan wewenang merupakan unsur-unsur dasar untuk dapat menerangkan bentuk-bentuk dari konflik.
Sementara itu Berghe mengemukakan emapt fungsi dari konflik yaitu :
1.Sebagai alat untuk memelihara solidaritas
2.membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain.
3.Mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi.
4.Fungsi komunikasi,sebelum konflik kelompok tertentu mungkin tidak mengetahui posisi lawan.Tapi dengan adanya konflik,posisi dan batas antara kelompok menjadi lebih jelas.
kesimpulan dari teori konflik adalah terlalu mengabaikan keteraturan dan stabilitas yang memang ada dalam masyarakat di samping konflik itu sendiri.

Sumber : Buku Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda karangan George Ritzer
DIPOSKAN OLEH SANGGAR KEHIDUPAN DI 22:32
LABEL: SANGGAR-SOSIOLOGI